Senin
lalu, langit ibu kota sangatlah sendu, iya hujan turun seiring dengan perasaan
yang ada di hati ini. Hai tuan, masihkah kamu ingat? Jikalau hujan datang, kamu
yang memayungi ku agar aku tidak basah kuyup terkena hempasan angin yang
mendorong tetesan air hujan untuk
menangkap tubuhku. Ya hujan kala itu mengingatkanku akan dirimu tuan, dan aku
heran sempat-sempatnya aku memikirkanmu walapun aku sedang istirahat dirumah,
tapi entah ini kebetulan atau tidak handphone ku berdering tanda sebuah pesan
masuk. Aku buru-buru mengecek handphone ku, dan betapa kagetnya aku yang
mengirim pesan singkat itu kamu. Iya kamu tuan, kamu menyapa ku dengan hangat “hai nona, apa kabarmu? Ada waktu kosong? Aku
ingin bertemu denganmu”. Aku pun lalu bangun dari tempat tidurku dan aku
lompat-lompat kegirangan seperti anak kecil yang mendapatkan hadiah. Tanganku
gemetar, aku bingung membalas apa, hujan senin itu membuatku tidak bisa bertemu
denganmu. Maka aku hanya membalas dengan kata-kata “hai tuan, aku memang sedang ada waktu kosong tapi sekarang hujan.”beberapa
menit kemudian kamu membalasnya kembali, padahal ku pikir kamu tidak akan
membalasnya lagi. Kamu pun membalas “ayolah
nona, pakailah payungmu untuk bertemu denganku” sengaja aku membaca dan membalas pesanmu agak
lama, dan aku pun mengatakan “maaf tuan,
disini hujan. Bagaimana kalau esok hari kita bertemu ditempat biasa?” dan kamu pun membalas lagi “ ok, sampai jumpa besok nona.”
Hai
tuan, hari telah berganti. Kamu tahu? Jantung ini berdegup kencang rasanya seperti ingin copot saja hahaha. Aku mulai berani untuk mengabari dirimu
terlebih dahulu untuk memastikan jadi atau tidaknya kita bertemu. “ hai tuan, jadi tidak kita bertemu? Kalaupun
jadi bisakah di jam setelah aku selesai mengerjakan tugas-tugasku yang menumpuk
dan sekitar jam 14.30 aku baru bisa pergi untuk bertemu.” Dan kamu pun mengiyakan untuk seselesainya aku
mengerjakan tugas-tugasku. Ya Tuhan… jantung ini semakin berdegup kencang,
rasanya aku tidak mau hari ini berakhir, tuan kamu tau? Aku sangat menantikan
momen seperti ini, momen dimana aku dan kamu bisa bersenda gurau lagi bersamamu
lagi, menghabiskan waktu berdua, iya hanya kamu dan aku, suasana semua seakan
tidak berpengaruh lagi, semuanya hanyalah indah yang ku rasakan.
Hai tuan, jam di tanganku sudah menunjukkan pukul 14.30
aku bergegas membereskan lembaran-lembaran kertas yang tersebar di lantai,
mematikan laptop ku dan mulai memberi kabar kepadamu bahwa aku akan berangkat. Dan setengah jam kemudian aku
sampai di tempat itu. Kamu? Mana kamu? Selalu saja aku yang menunggumu. Dasar
kamu tuan yang suka sekali tidak menghargai waktu (keluh ku dalam hati). Aku menunggu mu dan 5
menit kemudian kamu pun datang dengan pakaianmu yang sangat casual seperti
biasanya. Sekarang aku dan kamu melangkah masuk ke salah satu tempat makan
biasa kita bertemu dulu, seketika itu pula aku merasakan banyak pasang mata
yang memperhatikan kita berdua masuk, ah sudahlah apa peduli ku terhadap mereka
yang memperhatikanku dengannya? Yang aku rasakan hanyalah senang dan senang.
Tuan, disaat pelayan datang untuk memberi menu, kamu dan
aku memilih menu yang sama. Menu yang sering kita pesan di tempat ini. Tuan
rasanya aku ingin teriak dan berkata “
mimpi apa aku semalam bisa duduk berdua bersamamu lagi?” tuan, kamu sangat
membuatku salah tingkah. Tatapan matamu yang menusuk kornea mataku,itu sangat
membuat lingkungan sekitar kita seakan hilang, hanya ada kamu dan aku tidak ada
yang lain. Kamu mulai membuka percakapan denganku, kita memang tidak pernah
membahas tentang kita yang dulu. Sekarang kamu dan aku membahas tentang
tugas-tugasku dan semua ceritaku membuatmu untuk mengatakan motivasi-motivasi
agar aku semangat. Seketika aku melamun dan disaat aku melamun, kamu
mengagetkanku dengan menggenggam tanganku. Rasanya aku benar-benar waktu ingin
berhenti. Aku benar-benar tidak ingin melewatkan ini semua dengan cepat.
Tuan, disaat kamu menggenggam tanganku dan mengatakan “nona, apakah kita akan terus membaik seperti ini? Atau sebaliknya, pertemuan
ini menjadi pertemuan terakhir kita, setelah ini aku melangkah jauh pergi dari
kehidupanmu atau kamu yang akan melangkah jauh untuk menghilangkan jejakmu dari
ku?” hai tuan perkataanmu hanya bisa
membuatku tersenyum dan menahan airmata ini yang serasa ingin tumpah karena mu,
tuan kamu tahu aku ingin apa, kamu tahu perasaanku seperti apa terhadapmu. “ tuan, kita akan tetap membaik lebih dari
ini, aku tidak akan pernah melangkah jauh untuk menghilang jejak darimu. Tuan,
hati ini tidak bisa berbohong aku masih sangat menyanyangimu tapi keadaan yang
tidak bisa membuat kita bersatu lagi.” Genggaman ditanganku ini terasa
semakin kuat. Aku tahu kamu ingin menangis, tapi aku juga tahu kamu tidak akan
menangis di depanku, karena kamu tidak mau membuatku sedih.
Tuan, tak terasa 2 jam lebih kita di tempat itu, kamu
mengajak ku pulang karena kamu tahu rumahku jauh dan daerah macet, kamu
mengantarku sampai di pertigaan itu, aku tahu kenapa kamu tidak mengantarku
sampai rumah, karena kamu masih ada urusan bisnis yang diselesaikan. Tuan
setelah aku dirumah rasanya aku masih saja berada didekatmu, aku mencoba
mengirimkan pesan singkat kepadamu “hai
tuan hati hati dijalan yaJ”,
tapi? Kamu malah tidak membalasku. Sampai malam telah larut aku masih menanti
balasanmu, tapi tak kunjung ada pesan untukku, tuan apa kamu hanya
mempermainkan hatiku? Apa ini hanya mimpi? Apalah arti genggaman tanganmu tadi?
Apakah makna dari kata yang kau ucap ditujukan kepada dirimu sendiri? Pergi perlahan
menjauh dari ku dan menghilangkan jejakmu? Kamu memang sangat misterius tuan,
kamu bisa sekali membuatku selalu bertanya-tanya seperti ini. Tuan aku berdoa
dan berharap hari itu bukanlah hari terakhir kita bertemu, akan ada hari-hari
lainnya yang menunggu kita untuk kembali bertemu bersama berdua selamanya.
Untukmu
tuan berkacamata yang sangat misterius
Yang
selalu membuatku bertanya-tanya